
Perusahaan ritel raksasa Amerika Serikat, Target Corporation, akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 1.000 karyawan korporatnya dalam sebuah langkah restrukturisasi besar-besaran. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk merampingkan operasional dan menghidupkan kembali pertumbuhan setelah mengalami penjualan yang stagnan selama empat tahun berturut-turut.
Pengumuman ini datang melalui memo internal yang diedarkan oleh calon CEO, Michael Fiddelke, yang akan secara resmi menjabat pada Februari 2026. Fiddelke menjelaskan bahwa kompleksitas dan terlalu banyak lapisan birokrasi telah memperlambat pengambilan keputusan di perusahaan. Secara keseluruhan, Target akan mengurangi sekitar 1.800 posisi korporat, yang mencakup 1.000 PHK langsung dan penghapusan 800 posisi yang belum terisi. Ini menandai pengurangan tenaga kerja terbesar Target dalam satu dekade terakhir.
PHK ini secara khusus menargetkan karyawan di kantor pusat korporat dan tidak akan memengaruhi pekerja di toko atau rantai pasokan. Langkah ini diperkirakan akan memengaruhi sekitar 8% dari total tenaga kerja korporat Target. Karyawan yang terdampak diharapkan menerima pemberitahuan pada Selasa, 28 Oktober 2025. Mereka akan menerima gaji dan tunjangan hingga 3 Januari 2026, serta paket pesangon.
Target telah menghadapi tantangan finansial yang signifikan, termasuk penurunan penjualan bersih dan penjualan sebanding dalam beberapa kuartal terakhir. Saham perusahaan juga telah anjlok lebih dari 30% sepanjang tahun ini hingga 24 Oktober 2025, dan 65% dari puncaknya pada akhir 2021. Penjualan ritel Target, yang sebagian besar berasal dari barang-barang diskresioner, lebih rentan terhadap naik turunnya ekonomi dan sentimen konsumen dibandingkan pesaingnya seperti Walmart. Keputusan ini juga menyusul perubahan kebijakan perusahaan terkait inisiatif keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) yang memicu boikot dari pelanggan tertentu.
Fiddelke, yang saat ini menjabat sebagai Chief Operating Officer, menyatakan bahwa restrukturisasi ini adalah langkah awal untuk "menyempurnakan kembali organisasi" agar lebih lincah dan mampu membuat keputusan lebih cepat. Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan perusahaan ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.