
Pengecekan lantai keramik kopong kini dapat dilakukan dengan mudah tanpa perlu membongkar, cukup bermodalkan kelereng. Metode ini diungkap oleh Profesional Kontraktor Panggah Nuzhulrizky, yang menjelaskan bahwa suara yang dihasilkan kelereng dapat menjadi indikator adanya rongga di bawah keramik.
Keramik yang kopong adalah kondisi di mana terdapat celah atau rongga udara antara keramik dan permukaan lantai di bawahnya karena adukan semen yang tidak merata. Kondisi ini berisiko menyebabkan keramik mudah pecah, retak, bahkan terangkat atau meledak (popping) akibat terjebaknya udara. Selain itu, keramik kopong juga dapat mengganggu estetika ruangan, meningkatkan risiko terpeleset, dan menjadi tempat berkembangnya jamur atau bakteri.
Untuk mengetahui keramik kopong, Anda bisa menjatuhkan kelereng di atas permukaan keramik. Keramik yang terisi semen penuh dan merekat sempurna akan menghasilkan suara yang lebih berat, seolah kelereng bertabrakan dengan benda keras dan padat. Sebaliknya, jika keramik kopong, suara pantulan kelereng akan terdengar lebih nyaring dan ringan, mirip gema atau suara berongga. Menurut Panggah Nuzhulrizky, kelereng akan memantul tinggi dan teratur pada lantai yang terpasang benar dengan bunyi "tek, tek, tek" yang "garing" dan stabil. Namun, pada area yang kopong, kelereng cenderung hanya memantul sekali lalu menggelinding datar.
Beberapa ciri lain dari keramik kopong meliputi suara hampa saat diketuk menggunakan benda tumpul seperti gagang obeng atau palu kecil, keramik terasa goyah ketika diinjak, serta keramik yang tidak menempel sempurna, terlihat dari sisi atau sudut yang mulai terangkat. Retakan di permukaan keramik dan perbedaan warna atau bentuk nat yang mulai pecah atau mengelupas juga bisa menjadi indikasi keramik kopong.
Penyebab keramik kopong sangat beragam. Kualitas material keramik yang rendah dapat membuatnya mudah retak atau pecah, menciptakan celah bagi udara. Proses pemasangan yang salah, seperti tidak merendam keramik jenis tertentu sebelum dipasang atau komposisi adukan semen yang kurang merata, juga menjadi faktor utama. Selain itu, ketebalan aplikasi mortar yang tidak merata, permukaan substrat yang tidak bersih atau lembap, serta proses instalasi yang terburu-buru tanpa waktu pengeringan yang cukup juga berkontribusi pada terbentuknya rongga udara. Perubahan suhu ekstrem, beban berlebih pada lantai, dan usia keramik yang sudah tua juga bisa menyebabkan ikatan perekat melemah dan keramik menjadi kopong. Struktur tanah yang bergeser juga dapat menjadi pemicu keramik kopong.
Penanganan keramik kopong perlu segera dilakukan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Jika masalahnya tidak terlalu parah, terutama di bagian tepi, pengisian ulang dapat dilakukan. Namun, jika bagian tengah yang bermasalah, keramik perlu dilepas dan dipasang ulang dengan perekat yang tepat dan rata. Memastikan permukaan rata dan bersih sebelum pemasangan, serta menggunakan perekat dalam jumlah yang cukup dan merata, adalah langkah pencegahan penting agar lantai keramik tetap awet dan tidak kopong.