
Sebuah fenomena yang menarik perhatian banyak orang di ranah daring adalah serangkaian tes buta warna, khususnya yang menyajikan gambar hewan tersembunyi di antara pola warna. Tes-tes ini, yang sering kali disebut "Bisa Lihat Semua Hewan di Sini? 10 Tes Buta Warna Ini Bikin Banyak Orang Salah Fokus!", telah menjadi viral karena kemampuannya untuk menguji ketajaman mata dan sering kali mengejutkan individu yang tidak menyadari adanya defisiensi penglihatan warna. Meskipun terlihat seperti permainan sederhana, tes-tes ini sebenarnya merupakan adaptasi dari metode skrining buta warna yang telah teruji secara ilmiah.
Buta warna, atau defisiensi penglihatan warna, adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan membedakan warna tertentu atau nuansa warna seperti kebanyakan orang. Ini terjadi karena variasi atau kekurangan pada sel kerucut di retina mata, yang bertanggung jawab untuk persepsi warna. Mayoritas kasus buta warna bersifat genetik dan lebih sering dialami pria daripada wanita, dengan perkiraan 1 dari 12 pria dan 1 dari 200 wanita menderita buta warna. Ada dua kategori utama: buta warna parsial dan buta warna total. Buta warna parsial adalah kondisi paling umum, di mana penderitanya sulit membedakan jenis warna tertentu, seperti merah-hijau atau biru-kuning. Sementara itu, buta warna total (akromatopsia) adalah kondisi langka di mana seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali, sehingga dunia tampak dalam nuansa hitam, putih, dan abu-abu.
Tes buta warna yang paling dikenal adalah Tes Ishihara, yang pertama kali diperkenalkan oleh dokter mata Jepang Shinobu Ishihara pada tahun 1917. Tes ini menggunakan piringan pseudoisokromatik, yaitu gambar lingkaran yang terdiri dari titik-titik berwarna dengan berbagai ukuran dan kecerahan yang membentuk angka atau pola tertentu. Orang dengan penglihatan warna normal dapat dengan mudah mengidentifikasi angka atau pola tersebut, sementara mereka yang buta warna akan kesulitan atau bahkan tidak melihat apa pun. Untuk anak-anak atau individu yang belum fasih mengenal angka, tes Ishihara sering dimodifikasi dengan menggunakan bentuk geometris atau gambar siluet hewan, seperti tokek, untuk membuatnya lebih menarik dan mudah dipahami.
Penyebab "salah fokus" dalam tes buta warna ini terletak pada bagaimana mata dan otak memproses warna. Bagi penderita buta warna, titik-titik berwarna yang seharusnya membentuk angka atau hewan mungkin tampak bercampur dengan latar belakang, sehingga gambar tersembunyi tersebut menjadi tidak terlihat atau justru terlihat berbeda. Bahkan, beberapa pelat Ishihara secara khusus dirancang agar hanya dapat dibaca oleh penderita buta warna parsial, sementara orang dengan penglihatan normal tidak akan melihat angka apa pun. Perbedaan persepsi ini dapat membingungkan dan membuat banyak orang merasa "gagal fokus" saat mencoba mengidentifikasi gambar.
Meskipun tes buta warna daring dan kuis bergambar hewan menawarkan cara yang cepat dan mudah untuk skrining awal, penting untuk diingat bahwa tes-tes ini tidak menggantikan diagnosis medis profesional. Untuk hasil yang akurat dan diagnosis definitif, konsultasi dengan dokter spesialis mata sangat dianjurkan. Dokter dapat menggunakan berbagai jenis tes lain seperti Tes Warna Cambridge, Anomaloscope, atau Tes Farnsworth-Munsell 100 Hue untuk mengevaluasi jenis dan tingkat keparahan buta warna secara lebih mendetail.
Kondisi buta warna dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari dan membatasi partisipasi dalam beberapa profesi yang memerlukan persepsi warna yang akurat, seperti pilot, desainer grafis, atau teknisi listrik. Oleh karena itu, memahami kondisi penglihatan warna sendiri dan mencari penanganan yang tepat, seperti penggunaan kacamata atau lensa kontak berwarna khusus, dapat membantu individu beradaptasi dan menjalani aktivitas dengan lebih nyaman dan percaya diri.