
Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) kembali mengalami penurunan signifikan hari ini, Senin, 27 Oktober 2025. Harga emas Antam merosot Rp 23.000 per gram, menempatkan harganya pada level Rp 2.327.000 per gram. Penurunan harga buyback juga terjadi, dengan emas Antam kini dihargai Rp 2.164.000 per gram pada 22 Oktober 2025, turun sekitar Rp 172.000 dari hari sebelumnya.
Koreksi harga ini mengikuti penurunan tajam yang terjadi pada 22 Oktober 2025, ketika harga emas Antam jatuh hingga Rp 177.000 per gram dalam sehari, menyentuh Rp 2.310.000 per gram dari sebelumnya Rp 2.487.000 per gram. Penurunan drastis tersebut merupakan salah satu yang paling tajam dalam lima tahun terakhir dan mengakhiri tren reli yang sempat mendorong harga emas ke rekor tertinggi.
Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap pelemahan harga emas ini. Salah satu penyebab utamanya adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Ketika dolar AS menguat, emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan global. Indeks Dolar AS (DXY) baru-baru ini mendekati level tertinggi dalam sepekan, menandai penguatan tiga hari berturut-turut terhadap enam mata uang utama dunia.
Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral, khususnya Federal Reserve di AS, membuat instrumen investasi berbasis bunga seperti obligasi menjadi lebih menarik. Investor cenderung beralih dari emas yang tidak memberikan imbal hasil ke aset lain yang menawarkan keuntungan lebih tinggi.
Aksi ambil untung (profit taking) oleh investor juga menjadi faktor signifikan. Setelah harga emas mengalami kenaikan tajam dalam beberapa pekan terakhir dan mencapai rekor tertinggi, banyak investor memilih untuk menjual emas mereka guna mengamankan keuntungan, memicu tekanan jual besar-besaran di pasar.
Menurunnya permintaan aset safe-haven di tengah stabilnya kondisi geopolitik global serta optimisme baru atas hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok turut mempercepat koreksi harga logam mulia ini. Permintaan fisik emas dari sektor perhiasan dan elektronik juga dilaporkan melemah.
Bagi investor jangka pendek, kondisi ini berpotensi menimbulkan kerugian nilai investasi jika pembelian dilakukan saat harga berada di puncaknya. Namun, bagi investor jangka panjang, momen penurunan ini justru dapat dilihat sebagai peluang untuk akumulasi saat harga berada di level rendah. Di sisi ekonomi, penurunan harga emas bisa menjadi sinyal menurunnya kekhawatiran pasar terhadap risiko global. Namun, penjual ritel dan pelaku bisnis perhiasan dapat terdampak akibat margin penjualan yang menipis serta penurunan minat beli dari masyarakat. Banyak investor mulai cemas akan kelanjutan tren ini.