
Proyek Lapangan Gas Abadi Blok Masela, yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Indonesia, terus menunjukkan progres signifikan menuju tahap produksi gas yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Proyek jumbo ini ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2029, dengan beberapa sumber juga menyebutkan target hingga 2030, dan diharapkan akan menjadi pilar penting dalam ketahanan energi nasional serta pendorong ekonomi di kawasan timur Indonesia.
Investasi proyek gas Masela diperkirakan mencapai sekitar US$ 20,94 miliar atau setara dengan Rp 342 triliun (dengan kurs sekitar Rp 16.355 per dolar AS). Nilai investasi ini mencakup biaya Carbon Capture and Storage (CCS) sebesar US$ 1,088 juta. Proyek ini diproyeksikan akan menyerap lebih dari 12.600 tenaga kerja pada tahap pengembangan dan sekitar 850 pekerja pada tahap operasi.
Operator utama proyek ini adalah INPEX Masela Ltd. dengan partisipasi 65%, bersama dengan PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20%, dan Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15%. Keterlibatan Pertamina dan Petronas terjadi setelah Shell memutuskan untuk hengkang pada tahun 2023.
Pengembangan Blok Masela telah memasuki tahap Front-End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas LNG darat (Onshore LNG/OLNG). Tahap FEED ini diresmikan pada Agustus 2025 dan ditargetkan rampung dalam tiga bulan atau pada akhir tahun 2025. Selanjutnya, pemerintah menargetkan tender Engineering, Procurement, and Construction (EPC) akan dimulai pada tahun 2026.
Salah satu aspek krusial dalam pengembangan proyek ini adalah penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Studi teknis terkait CCS, yang telah dimulai sejak 2022 bersama Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB), telah rampung. Teknologi CCS ini penting untuk menekan emisi karbon dan mendukung target pengurangan emisi nasional menuju net zero emission. Proyek LNG Abadi Masela akan menjadi proyek pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi CCS.
Setelah selesainya tahap FEED dan studi CCS, Keputusan Akhir Investasi (Final Investment Decision/FID) proyek ini ditargetkan akan rampung pada kuartal IV tahun 2025 atau paling lambat akhir tahun 2026. FID ini menjadi titik balik bagi proyek yang sempat tertunda selama hampir satu dekade.
Secara kapasitas, Proyek Abadi Masela diperkirakan akan memproduksi gas sebanyak 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas pipa, dan sekitar 35 ribu barel kondensat per hari. Volume produksi LNG ini setara dengan lebih dari 10% impor LNG tahunan Jepang. Kontrak kerja sama Blok Masela sendiri telah diperpanjang hingga 15 November 2055.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas terus mendorong percepatan proyek ini, termasuk penyederhanaan regulasi dan perizinan. Dukungan juga diberikan untuk memastikan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) meningkat dan pemberdayaan masyarakat sekitar, mengingat lokasi proyek berada di Laut Arafura, sekitar 800 km timur Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan 400 km utara Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. Proyek ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan impor, serta memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal dan mendukung target produksi gas nasional sebesar 12 BSCFD pada tahun 2030.