:strip_icc()/kly-media-production/medias/4334327/original/078344800_1677121590-hell-g04643ed6b_1920.jpg)
Fenomena spiritual yang kerap menjadi perbincangan dalam khazanah keislaman adalah kisah tentang individu terakhir yang keluar dari neraka dan menjadi penghuni surga terakhir. Kisah ini, yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW, menggambarkan luasnya rahmat Allah SWT dan keistimewaan yang diberikan bahkan kepada ahli surga dengan derajat terendah.
Menurut hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Mas'ud RA, dan juga termuat dalam riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau mengetahui siapa penghuni neraka terakhir yang keluar darinya, dan penghuni surga terakhir yang masuk ke dalamnya. Sosok ini adalah seorang laki-laki yang keluar dari neraka dalam keadaan merangkak.
Setelah berhasil keluar dari neraka, Allah SWT berfirman kepadanya untuk pergi dan masuk ke surga. Namun, ketika mendekati surga, terbayang olehnya bahwa surga telah penuh. Ia pun kembali dan melaporkan hal tersebut kepada Allah. Kejadian ini terulang beberapa kali, di mana setiap kali ia menuju surga, ia merasa surga telah terisi penuh.
Pada kali terakhir, Allah SWT berfirman kepadanya, "Pergilah dan masuklah ke surga. Sesungguhnya kamu akan memperoleh seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya," atau dalam riwayat lain disebutkan, "Sesungguhnya kamu akan memperoleh sepuluh kali lipat dunia." Mendengar itu, orang tersebut terkejut dan bertanya, "Apakah Engkau mengejekku?" atau, "Engkau menertawakan hamba, padahal Engkau Raja?"
Abdullah bin Mas'ud RA menyaksikan Rasulullah SAW tertawa hingga terlihat gigi geraham beliau saat menceritakan kisah ini. Mengenai orang ini, dikatakan bahwa "Itulah ahli surga yang paling rendah derajatnya." Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, dalam kitab At-Tadzkirah, menjelaskan bahwa tawa Allah SWT dan Rasulullah SAW bukan bermaksud mengolok-olok, melainkan menegaskan kekuasaan Allah atas segala sesuatu. Hadis ini juga menunjukkan betapa hinanya derajat dunia dibandingkan nikmat surga, serta betapa luasnya rahmat Allah SWT.
Beberapa pustaka menyebutkan nama orang ini sebagai Juhainah, seorang laki-laki dari suku Juhainah. Namun, riwayat mengenai sosok bernama Juhainah ini disebutkan tidak sah disandangkan kepada Imam Malik karena perawinya tidak diketahui. Meskipun demikian, Abu Abdillah al-Qurthubi menyebut hadis ini dan menetapkannya dalam kitab At Tadzkirah. As-Suhaili juga menyebutkan hadis ini dan tidak menganggapnya lemah. Ada pula pendapat lain yang menyebutkan nama orang tersebut adalah Hannad.
Kisah ini memberikan pelajaran mendalam tentang janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman, betapa pun banyaknya dosa yang mungkin pernah dilakukan sehingga harus melewati siksaan neraka. Keimanan sekecil apapun akan menjadi sebab dikeluarkannya seseorang dari neraka untuk kemudian dimasukkan ke dalam surga, menunjukkan kasih sayang dan keadilan Ilahi.