
Dalam terobosan yang menandai era baru dalam dunia medis, seorang dokter telah berhasil melakukan operasi robotik dari jarak ribuan kilometer melalui internet, membuka jalan bagi akses kesehatan yang lebih luas secara global. Pencapaian ini menggarisbawahi potensi teknologi untuk melampaui batasan geografis dalam memberikan perawatan medis.
Salah satu peristiwa terbaru yang menarik perhatian adalah keberhasilan Dr. Vipul Patel, Direktur Medis Global Robotic Institute di Advent Health Orlando, Florida, yang melakukan prosedur prostatektomi robotik dari Florida pada seorang pasien kanker prostat di Angola, Afrika, pada Juni 2025. Operasi transkontinental pertama yang disetujui FDA sebagai uji klinis pada manusia ini menjangkau jarak hampir 7.000 mil (sekitar 11.265 kilometer). Koneksi dilakukan melalui jaringan serat optik langsung yang stabil, dengan latensi sekitar 140 milidetik, memastikan tidak ada penundaan yang dapat dirasakan oleh otak ahli bedah. Pasien, Fernando Dilva, seorang pria berusia 67 tahun dari Angola, menjalani operasi untuk mengangkat kanker prostatnya.
Tonggak sejarah serupa juga terjadi pada Juni 2024, ketika seorang dokter Tiongkok berhasil melakukan operasi robotik jarak jauh dari Roma, Italia, pada seorang pasien di Beijing, Tiongkok, dengan jarak yang mencengangkan, yaitu sekitar 5.000 mil (sekitar 8.046 kilometer). Keberhasilan luar biasa ini dimungkinkan berkat teknologi canggih dan jaringan 5G yang kuat. Ahli bedah, Profesor Zhang Xu dari Pusat Medis Ketiga Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat, mengendalikan lengan robotik dari jarak jauh untuk mengangkat lesi dari prostat pasien. Latensi dua arah selama operasi ini dilaporkan hanya 135 milidetik, di bawah standar 200 milidetik yang disarankan untuk telesurgery.
Indonesia juga mencatat sejarahnya sendiri pada 30 Agustus 2024, dengan dilakukannya operasi telerobotik pertama di negara ini, dan juga di Asia Tenggara. Dokter spesialis urologi, Profesor Ponco Birowo, bersama timnya dari RS Prof. Ngoerah di Bali, berhasil mengoperasi pasien kista ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Meskipun terpisah jarak 1.200 kilometer, operasi berlangsung lancar berkat koneksi jaringan seluler 5G yang kuat dan stabil, dengan latensi hanya antara 15-20 milidetik. Keberhasilan ini membuka peluang bagi peningkatan akses layanan kesehatan berkualitas tinggi di seluruh wilayah Indonesia yang luas.
Meskipun konsep operasi jarak jauh pertama kali dieksplorasi pada tahun 2001 dengan "Operasi Lindbergh" yang menghubungkan New York dan Prancis untuk pengangkatan kantung empedu, kemajuan teknologi robotik dan jaringan internet berkecepatan tinggi, terutama 5G dan serat optik, telah mengatasi tantangan latensi sinyal yang sebelumnya menjadi penghalang utama. Sistem robotik seperti da Vinci, yang disetujui FDA pada tahun 2000, telah berevolusi untuk memungkinkan ahli bedah melihat medan operasi dalam tiga dimensi dan mengendalikan lengan robotik dengan umpan balik haptik, memberikan presisi yang luar biasa.
Terobosan-terobosan ini tidak hanya menunjukkan kemajuan teknologi medis, tetapi juga menjanjikan masa depan di mana layanan bedah spesialis dapat menjangkau daerah-daerah terpencil atau kurang terlayani, mengurangi kebutuhan transfer pasien yang mahal, dan memfasilitasi bimbingan serta pelatihan jarak jauh bagi para profesional medis di seluruh dunia. Para ahli kini sedang merencanakan studi percontohan pada manusia di bawah kondisi terkontrol untuk membangun bukti klinis dan kepercayaan publik yang diperlukan agar aplikasi klinis manusia dapat segera terwujud.